Minggu, 08 Maret 2009

Pentingnya Pendidikan Kewirausahaan

Wirausahawan, Betapa Langkanya Profesi Ini Di Indonesia. Wisudawan Lebih Senang Menjadi Pegawai Atau Pejabat

Sungguh menarik melihat kemauan pemerintah yang akan menyumbangkan 110 miliar untuk pendidikan kewirausahaan di tahun 2009 ini. Dengan pendidikan kewirausaan tersebut diharapkan para lulusan perguruan tinggi dapat mencetak lapangan kerja bukannya mencari lapangan kerja, karena seperti yang kita ketahui pertumbuhan lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia mengakibatkan sulit dan kerasnya mencari pekerjaan.

Banyak sekali para pemuda yang menenteng ijazahnya kesana kemari untuk mendapatkan pekerjaan. Tetapi sebaliknya tidak sedikit pula orang-orang yang sukses berwirausaha dengan pendidikan yang minimal, contohnya saja Adre Wongso yang mengaku Sekolah Dasar saja tidak tamat tetapi sekarang bisa menjadi motivator yang besar.

Lalu pertanyaannya, adakah yang salah dengan pendidikan di Indonesia? Bercermin dari kenyataan bahwa Pendidikan Formal baik itu di bangku sekolah maupun Perguruan Tinggi hanya mengajarkan pada penguasaan hard skills. Seorang datang ke kelas, guru menerangkan kemudian pulang dengan membawa segepok ilmu, itupun bagai mereka yang memahami tetapi di sisi lain kita masih kebingungan bagaimana mengaitkan segepok ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian menunjukkan, keberhasilan seseorang bukan ditentukan oleh kepandaian yang dipunyai, tetapi oleh factor lainnya yang sangat panting. Tingkat kecerdasan cuma menyumbang sekitar 20 – 30 persen keberhasilan, selebihnya ditentukan soft skills. Penelitian National Association Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2005 menunjukkan hal itu, dimana pengguna tenaga kerja membutuhkan tenaga kerja berupa 82 persen soft skills dan 18 persen hard skills.

Soft skills, menurut Rektor Udinus Dr. Edy Noersasongko ada tiga karakter utama yang akan dibentuk melalui pendidikan soft skills ini. Yakni kerja keras (hardwork), kemandirian (independent), serta kerjasama (teamwork). Tiga karakter utama tersebut bisa dijabarkan menuju beberapa karakter turunan. Misalnya dari karakter kerja keras dikembangkan sikap persistent, risk taking serta energetic. Adapun sikap kemandirian melahirkan karakter responsive, percaya diri dan berinisiatif. Sikap-sikap tersebut, menurut Edy sangat dibutuhkan para calon wirausahawan.

Selaras dengan kemampuan soft skills alangkah lebih baiknya lagi apabila dibarengi dengan pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) yang andal. Pendidikan kewirausahaan sangat perlu diajarkan sejak dari bangku Sekolah hingga Perguruan Tinggi untuk mencetak lulusan-lulusan yang produktif. Disamping pendidikan kewirausahaan seorang mahasiswa harus juga diberikan pelatihan semacam magang. Penggabungan antara teori dan praktek merupakan ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai harganya.

Sebagai contohnya, dengan mendirikan gerai makanan, penjualan tiket, ataupun simpan pinjam. Disini para mahasiswa dapat bergantian untuk menjaga gerai tersebut selain itu setiap mahasiswa diberi motivasi semacam diberi target. Dengan begitu mereka akan merasakan bagaiamana dunia kerja yang lebih nyata, sebelum mereka mendapatkan gelar sarjana. Disinilah peran pemerintah, swasta dan dunia perbankan dalam turut serta memajukan pendidikan di Indonesia yang lebih berkualitas.

1 komentar:

  1. Setujua mas, sangat memungkinkan. Hanya maindset pemerintah dan sebagian besar masyarakat kita serba instan, tidak mau berproses. kondisi ini mencerminkan lemahnya kompetensi Softskill kan ?

    BalasHapus